Sambut Ramadhan Warga di Kampar Gelar Tradisi Makan Bajambu Sabtu, 26/03/2022 | 18:49
tradisi makan bajambu di kampar
Kampar - Warga di Dusun Jawi-Jawi dan Dusun Padang Tonga di Desa Koto Perambahan, Kecamatan Kampar, masih setia melakukan Makan Bajambau artinya makan bersama yang dihidangkan di dalam suatu wadah bernama dulang atau talam.
Tradisi Makan Bajambau sampai sekarang tetap dilestarikan masyarakat di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Acara ini diadakan tak hanya pada hari besar atau pesta pernikahan, tetapi juga dilakukan saat menyambut bulan suci Ramadhan.
Tempat hidangan itu disebut dengan jambau. Dulang yang disebut Ughang Ocu, itu biasa digunakan sebagai tempat hidangan makanan pada acara adat. Penutupnya pun unik, yaitu menggunakan tudung yang terbuat dari pelepah pinang yang dicat merah warna warni.
Jambau di isi dengan nasi dan lauk pauk. Satu jambau biasanya disantap empat sampai lima orang. Tahun ini, warga Dusun Jawi-Jawi dan Dusun Padang Tonga mengadakan acara Makan Bajambau, Jumat (25/3/2022) atau seminggu jelang puasa.
Acara ini memang sengaja diadakan warga setiap hari Jumat, sesudah para pria melaksanakan shalat Jumat. Sehari sebelum acara, ibu-ibu sudah membuat berbagai masakan yang akan dihidangkan keesokan harinya.
Mereka memasak aneka makanan di rumah masing-masing. Beberapa santapan yang menjadi ciri khas adalah gulai jengkol campur ikan salai atau ikan asap, giling cabe hijau campur ikan teri, serta rebusan daun ubi dan terong.
Warga menikmati Makan Bajambau, acara menyambut bulan suci ramadan di Desa Koto Perambahan, Kecamatan Kampa, Kabupaten Kampar, Riau, Jumat (25/3/2022).
Setelah tradisi Makan Bajambau dilakukan, warga melanjutkan dengan kegiatan menyantuni sejumlah anak yatim dan mendengarkan lantunan selawat.
Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun hingga saat ini. Warga tetap melestarikannya agar tidak hilang ditelan zaman. Adanya tradisi Makan Bajambau ini diharapkan dapat mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Ketua Panitia tradisi Makan Bajambau, Khaidir menyebutkan, tidak ada dana khusus yang disiapkan untuk membuat acara ini. Biaya untuk masak memasak, ditanggung sendiri oleh masing-masing warga.
Sedangkan biaya untuk penyantunan anak yatim, kata Khaidir, setiap warga dibebankan Rp 50.000 per rumah.
"Kami semua warga di sini sepakat menyumbang Rp 50.000 per rumah untuk menyantuni anak yatim. Selain itu, warga yang merantau, ada juga yang bersedia membantu. Kalau untuk jambau, itu dimasak oleh ibu-ibu di rumahnya masing-masing," kata Khaidir. (chika).