Pemerintah Ukraina Meminta PBB dan Komite Internasional Palang Merah Tangani Kemanusiaan Kota Mariupol. Minggu, 12/06/2022 | 13:20
Kota Mariupol di Ukraina yang kini dilanda wabah kolera
Pekanbaru - Sejak Rusia menguasasi Kota Mariupol di selatan Ukraina, kini kota tersebut terancam kena wabah kolera.
Hal ini sesuai laporan intelijen Inggris yang diterbitkan pada Jumat menyatakan kekhawatiran pejabat Ukraina akan merebaknya wabah di tengah upaya menyediakan layanan publik dasar bagi penduduk sipil. dilansir dari CNN pada Sabtu, (11/6/2022).
Kondisi ke air minum, koneksi internet, dan layanan telepon sudah sangat memeprihatinkan masyarakat Kota Mariupol di selatan Ukraina itu.
Menurut laporan intelijen itu, telah dilaporkan sejak Mei lalu, Kota Kherson yang diduduki kemungkinan kekurangan obat-obatan, sementara kota pelabuhan Mariupol berisiko wabah kolera besar.
Penasihat walikota terpilih Mariupol Ukraina, Petro Andrushenko, memperingatkan pada hari Selasa tentang situasi yang semakin mengerikan di kota itu, namun pihak Rusia menutupi informasi merebaknya wabah kolera itu yang semakin memburuk.
Andrushchenko menjelaskan, dulunya kota tersebut pernah menjadi tempat liburan yang berkembang pesat di tepi Laut Azov, sekarang sudah berubah menjadi kota mengerikan. mengatakan bahwa sulit untuk menyampaikan kondisi suram dari Mariupol.
"Kota ini benar-benar berubah, dengan mayat di mana-mana," katanya. "Mayat-mayat ditumpuk, masyarakat sipil tidak bisa mengatasi mengubur mayat-mayat bahkan di kuburan massal. Kapasitas untuk itu tidak cukup,"ujarnya.
Kolera adalah penyakit diare akut yang membunuh ribuan orang di seluruh dunia setiap tahun. Penularannya mudah, dengan mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri feses vibrio cholerae.
Hal senada juga disampaikan Vadym Skibitsky, wakil kepala intelijen militer Ukraina, mengatakan kepada surat kabar Inggris bahwa wabah penyakit mematikan kini mengancam penduduk di Mariupol.
"Perang telah mengambil lebih dari 20.000 penduduk, wabah disentri dan kolera, akan merenggut ribuan warga Mariupol lagi," kata Vadym Boichenko kepada televisi nasional.
Boichenko meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Komite Internasional Palang Merah untuk membangun koridor kemanusiaan yang memungkinkan penduduk tersisa untuk meninggalkan kota yang kini telah dikuasai Rusia.
Sementara badan pangan PBB mengatakan pengurangan ekspor gandum dan komoditas pangan lainnya dari Ukraina dan Rusia dapat menimbulkan kelaparan kronis hingga 19 juta orang, dan dampaknya tahun depan jauh lebih meningkat. (Mca).