Menko Maritim dan Investasi Ajak Investor Melihat Kemajuan Indonesia
Selasa, 22-03-2022 - 23:49:48 WIB
Jakarta - Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengundang para investor di Singapura untuk melihat kemajuan yang terjadi di Indonesia.
Hal tersebut Luhut lakukan sebagai upaya meyakinkan para investor tersebut bahwa saat ini transformasi ekonomi sedang terjadi di Indonesia.
Luhut Binsar Pandjaitan juga mengajak para infestor melihat industri nikel di Morowali.Lebih jauh dijelaskan, disana ada tertampung setidaknya ada 50 ribu orang yang bekerja di sana dan itu akan menjadi basis untuk pembuatan baterai untuk mobil listrik.
Menurut Luhut, program hilirisasi yang sedang berlangsung serta efisiensi yang terus ditingkatkan akan semakin mengukuhkan perekonomian Indonesia.
"Makro ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang sangat baik saat ini, inflasi maupun nilai tukar terkendali karena untuk pertama kalinya neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami surplus,” ujarnya.
Menurutnya, kondisi ini bukan semata-mata disebabkan oleh karena naiknya harga komoditas, tetapi program hilirisasi yang dilakukan pemerintah memberikan nilai tambah yang sangat tinggi.
Saat berdialog dengan para investor di Hotel Marriott Singapura, Selasa, 22 Maret 2022, Luhut juga sempat menunjukkan data mengenai hilirisasi besi dan baja.
Lebih jauh dijelaskan, apabila lima tahun nilai ekspornya sekitar 1,3 miliar dollar AS, tahun lalu hampir mencapai 21 miliar dollar AS.
Luhut percaya dengan program hilirisasi yang dilakukan pemerintah dapat menambah nilai terhadap mineral sehingga angka ekspor Indonesia akan semakin meningkat.
Selain bertemu dengan para investor, dia melihat pengelolaan sampah yang dijadikan listrik serta solar panel terapung di Tuas. Saat meninjau pembangkit listrik dari sampah, dia didampingi Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu.
Sementara itu, di solar panel terapung, Luhut bertemu Menteri Senior Bidang Keuangan Tharman Shanmugaratnam.
Seperti juga disampaikan saat bertemu pimpinan Temasek, dia sependapat mengenai pentingnya Indonesia dan Singapura bekerja sama untuk merumuskan standardisasi dan tata cara pengukuran yang akan dipakai sebagai patokan penetapan perdagangan karbon dari mangrove.
Perguruan tinggi Indonesia dan Singapura bisa diminta untuk membuat kajian dan bahan itu akan menjadi pegangan dalam perumusan kebijakan.
Lhut juga setuju kalau perguruan tinggi kedua negara untuk melakukan standarisasi dan merumuskan tata cara pengukuran carbon capture yang bisa ditangkap mangrove.
Dia juga mengajak perguruan tinggi di Eropa seperti Jerman, karena disana mempunyai rujukan sendiri. Ia mengaku ada sekitar 200 jenis mangrove yang berkemampuan menangkap karbon yang tentunya membedakan hitungan karbon dalam sistim perdagangan. (Chika).
Komentar Anda :